Kapal Sep-Hull adalah kapal dengan menggunakan tipe Surface Effect Planning Hull, mempunyaidua bentuk “ V ” hull dan flat hull pada bagian tengahnya. Namun ini adalah bentuk badan kapal yang biasa dan sudah banyak, yang istimewa dari kapal ini adalah teknologi yang digunakan yaitu teknologiair lubrication teknologi pelumasan udara . Melalui uji coba pada prototipe kapal ini dilakukan observasi tentang efektifitas teknologi pelumasan udara terhadap penghematan bahan bakar. Uji coba dilakukan dengan mengasumsikan indikator mesin trottle pada posisi tetap, pengukuran kecepatan dan konsumsi bahan bakar pada waktu pelayaran bervariasi serta pada dua kondisi yaitu berlayar tanpa teknologi pelumasan udara dan kondisi menggunakan teknologi tersebut. Dari hasil uji coba diperoleh informasi bahwa terdapat peningkatan kecepatan hingga 25 % dan pada saat yang lain diperoleh informasi bahwa terjadi penghematan bahan bakar hingga 13,34 %.Keywords Surface Planning Hull, air lubrication technology, Fuel consumption Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Wave, UPT. BPPH –BPPT Vol. 4, No. 2, 2010- 61 -Hemat Bahan Bakar dengan Aplikasi TeknologiPelumasan Udara pada Kapal Sep-Hull BV 1Totok Triputrastyo Murwatono1, Irfan Eko Sandjaja1AbstrakKapal Sep-Hull adalah kapal dengan menggunakan tipe Surface Effect Planning Hull, mempunyaidua bentuk “ V ” hull dan flat hull pada bagian tengahnya. Namun ini adalah bentuk badan kapal yangbiasa dan sudah banyak, yang istimewa dari kapal ini adalah teknologi yang digunakan yaitu teknologiair lubrication teknologi pelumasan udara . Melalui uji coba pada prototipe kapal ini dilakukanobservasi tentang efektifitas teknologi pelumasan udara terhadap penghematan bahan bakar. Uji cobadilakukan dengan mengasumsikan indikator mesin trottle pada posisi tetap, pengukuran kecepatandan konsumsi bahan bakar pada waktu pelayaran bervariasi serta pada dua kondisi yaitu berlayar tanpateknologi pelumasan udara dan kondisi menggunakan teknologi tersebut. Dari hasil uji coba diperolehinformasi bahwa terdapat peningkatan kecepatan hingga 25 % dan pada saat yang lain diperolehinformasi bahwa terjadi penghematan bahan bakar hingga 13,34 %.Kata kunci Surface Planning Hull,air lubrication technology, konsumsi bahan bakarAbstractSep-Hull is the ship with the Surface Effect Planning Hull type, has two "V" hull forms and flat hullat its center. But this is the usual form of the hull and had many, is so special about this ship is the AirLubrication Technology used in this ship. Through trial on the prototype of ship was conductedobservations about the effectiveness of air lubrication technology to fuel savings. The tests carried outby assuming the engine handler trottle in fixed position, measurements of velocity and fuelconsumption at the time varies as well as on two conditions sailing without air lubrication technologyand conditions of use of such technology. From the test results obtained information that there isincreased speed of up to 25 % and at the other times the obtained information that there is fuel savingsof up to 13,34 %.Keywords Surface Planning Hull,air lubrication technology,Fuel consumptionPENDAHULUANPada akhir-akhir ini energi dari mineral sudahsemakin menipis, para peneliti dan engineerberlomba-lomba untuk mendapatkan suatu formulaatau apapun yang bisa memperpanjang penggunaanenergi ini, seperti penelitian mengarah pada energialternatif sebagai calon pengganti energi mineral, dancara-cara penghematan pada kendaraan yangberoperasi..Kapal adalah salah satu sarana transportasi darisalah satu moda transportasi yang pada umumnyamembutuhkan konsumsi bahan bakar yang sangatbesar, selain karena memang tonasenya besar sehinggadibutuhkan mesin dengan power dari dasar pemikiran bahwa komponenyang mempengaruhi penggunaan power adalah gayahambatan badan kapal dan kecepatan kapal, jikadiharapkan kapal berjalan dengan kecepatan yang tetapsesuai dengan harapan maka satu-satunya yang bisadirubah atau diperbaiki adalah masalah gaya hambatanbadan pemikiran teknologi ini adalah melakukanmanipulasi terhadap gaya hambatan badan telah diketahui bahwa salah satu komponenpaling besar yang mempengaruhi gaya hambatanbadan kapal adalah gaya hambatan karena1. UPT BPPH - BPPT, Surabaya gesekanantara permukaan badan kapal dan air. Danbesarnya gaya gesek dengan air dipengaruhi oleh masajenis air, sehingga untuk mengurangi gaya hambatanyang ditimbulkan dari gesekan dengan memberikansuatu media antara air dan permukaan badan kapalyang memiliki masa jenis lebih kecil dari air, menerapkan dasar-dasar tersebut danmengaplikasikannya pada prototipe kapal Sep-HullBubble Vessel milik UPT. BPPH serta dilakukan ujicoba dengan memperhatikan beberapa parameter,beberapa variabel dan kendala, sehingga didapatkandata-data dan informasi tentang pengaruh penggunaanteknologi ini pada penghematan bahan Gaya TahananGaya tahanan kapal terdiri dari komponen gayagesek Rfrict ,gaya tahanan udara Rair , gaya tahanankekasaran permukaan Rrough. dan gaya tahanan karenatonjolan Rapp ,.appRoughairfrict RRRRR .....1Sedangkan gaya gesek RFdapat dirumuskan denganmenggunakan komponen/unsur viscosity / masa jenisfluida yang melingkupi badan kapal...................................2Jika logika tersebut diuraikan dengan asumsi S1adalahluas permukaan badan kapal yang diselubungipelumasan udara dan S2luas permukaan badan kapalyang diselubungi air laut akan terlihat seperti rumusanberikut, 22212121VSVSCR awFF ...3Sehingga dengan kecilnya aterhadap wmaka akanmenyebabkan kecilnya komponen gaya tahanan padabadan kapal yang terselubungi oleh Pelumasan UdaraSistem pelumasan udara konsepnya adalahmemberikan pelumasan atau bantalan udara yangberfungsi menyelubungi permukaan badan kapal yangtercelup air. Adapun yang diaplikasikan pada prototipekapal Sep-Hull ini adalah memanfaatkan udara yangterjebak karena adanya step hull pada bentuk kapal ini gambar 1 . Udara diinjeksikan ke tempat tersebutsehingga akan menyebabkan bertambahnya volumeudara yang terperangkap dan akan bergerak kearahbelakang karena gerakan yang melewati sistem pelumasan udara danmengalir keluar melalui nozzle-nozzle diasumsikansebagai compressible 1. Sketsa Teknologi Pelumasan UdaraMenggunakan kesamaan aliran / similarity of flowsehingga menganut Renould Number similarity untukaliran model dan prototipe Froude Number similaritydigunakan untuk model dan prototipe asumsi kesesuaian pada tebal lapisan udarapada badan kapal dengan scale observasi pada ujung nozzle, jika teballapisan udara di bottom tudara, debit udara yangdisemprotkan nozzle Qudara ,kecepatan udaradiasumsikan sama dengan kecepatan kapal Vship ,maka.......................................4shipudaraudaraudara VBQt….....................5Jika Lp/Lm = adalah faktor skala, maka hubunganmodel dan prototype dapat diekspresikan sbb.,eludaraprototipeudara tt mod. ….....6Jika diambil suatu asumsi bahwa aliran udara yangkeluar dari nozzle harus sama dengan kecepatan airdidepan lubang nozzle agar mendapatkan lapisan udarabukan berupa mikro bubble. Dan pada saat diamsebagai syarat agar udara yang disemprotkan bisakeluar dari nozzle adalah harus lebih besar daritekanan hidrostatik didepan nozzle, jadi .........................................7Dan jika menurut teori venturi meter alat pengukurkecepatan fluida melewati pipa serta didasarkan padapersamaan Bernoulli didapat persamaan kontinuitasberikut,...........................8Persamaan diatas akhirnya akan menunjukkanhubungan antara tekanan dan kecepatan fluida atauflow observasi hemat bahan bakar yangdigunakan pada uji coba prototipe kapal Sep-Hulldimulai dari observasi visual prilaku kapal sehinggadiketahui kecepatan kapal yang akan dilaksanakan ujicoba. Kemudian ditentukan alat ukur yang digunakan,dalam hal ini digunakan peralatan navigasi GPS untukmengukur kecepatan kapal sedangkan waktu pelayarandigunakan stopwatch 2 dilakukan uji coba hemat bahan bakar,ditentukan parameter pengujian, yaitu karena terdapatkendala menetapkan kecepatan kapal dan panjanglintasan secara akurat maka dilakukan denganmenetapkan posisi trotle pengatur putaran mesin pada posisi tertentu dan tetap selama pengujian sertawaktu dengan interval tertentu. Dilakukan pengukurandan pencatatan kecepatan kapal, panjang lintasanpelayaran dan mengetahui konsumsi bahan bakar yangdigunakan dilakukan pengukuran dengan gelas ukur 2liter, yaitu diukur sebanyak 4 buah tangki bensinmasing-masing berisi 20 liter, masing-masing 2 buahtangki bensin digunakan untuk pelayaran dengan dantanpa teknologi pelumasan udara. Sisa darimasing-masing pelayaran disimpan dan untukkemudian diukur seperti sebelumnya. Pengurangandari isi tangki bensin sebelum digunakan dan sesudahdigunakan dalam pelayaran merupakan konsumsibensin dari masing-masing pelayaran. Dari sinididapatkan data seperti tertulis pada kondisi pelayaran saat uji coba dilakukanseperti tertera pada tabel 1, dan masing-masing ujicoba dilakukan baik dengan teknologi pelumasanudara maupun tidak mulai dari pengukuran bahanbakar yang akan digunakan kemudian uji coba sertapengukuran sisa bahan bakar selalu dilakukan dalamsatu hari, hal ini untuk menghindari perbedaan cuacayang exstem dan kemungkinan terjadinya penguapandan 1. Kondisi PengujianKAJIAN HASIL DAN PEMBAHASANPada uji coba prototipe kapal Sep-Hull BubbleVessel 1 yang dilakukan untuk mengetahui pengaruhpenggunaan teknologi pelumasan udara terhadapkecepatan kapal sep-hull bubble vessel 1 telahdilakukan dengan cara mengukur kecepatan kapaltersebut pada saat tidak menggunakan teknologipelumasan udara dan menggunakan teknologipelumasan udara, kedua kondisi ini diukur pada variasiposisi trottle mesin disini menggunakan variasi 1sampai dengan 7. Hasil dari pengukuran bisa dilihatpada Gambar 2, yang menunjukkan terjadipeningkatan kecepatan 3 % pada kecepatan tinggiTabel 2. Parameter Tekanan Udara sekitar 40 km/jam atau sekitar 20 knots hingga 25 %pada kecepatan rendah sekitar 16 km/jam atau sekitar8 Terhadap KecepatanGbr 2. Pengaruh Terhadap KecepatanDari hasil uji coba hemat bahan bakar yang dilakukan pada 3 kali masing-masing satu hari, sehinggadiharapkan pada masing-masing pengukuran dilakukanpada kondisi yang hampir pengujian pertama dengan dua kali pelayarandengan arah utara dan selatan selat Madura denganwaktu pengujian masing-masing 10 menit,menunjukkan tidak terjadi penghematan / pemborosanhingga 0,5 % pada tekanan tertentu tabel 2 , yaitukonsumsi bahan bakar 3,82 liter/mil dan berlayardengan kecepatan rata-rata 8 pengukuran m enit Grafik Konsumsi Bahan Bakar vs WaktuKemudian pada pengujian ke dua diperpanjangwaktu 4 kali 10 menit, seperti terlihat pada gambar 3, 4dan 5 bahwa terjadi penghematan bahan bakar hingga13,34 %, yaitu konsumsi bahan bakar 2,5 liter/milpada kecepatan rata-rata 8,0 knots. Disini terlihatdengan nyata bahwa terjadi peningkatan penghematanbahan bakar, hal ini dimungkinakan karena luaspermukaan yang terlapisi oleh udara dari teknologipelumasan udara menjadi lebih luas sehingga gayatahanan gesek juga semakin pengukuran m enit Gbr 4. Penghematan Bahan Bakar vs WaktuUntuk lebih memperjelas hubungan waktupelayaran terhadap penghematan bahan bakar,dilakukan pengujian ketiga dengan menambahkanwaktu pengujian menjadi 6 kali 10 menit dan hasilnyabisa dilihat pada gambar 3,4 dan 5. Penghematanbahan bakar pada pengujian ketiga ini mendekati7,57 %, yaitu dengan konsumsi bahan bakar 2,81liter/mil dari konsumsi bahan bakar tanpa teknologipelumasan udara 3,05 liter/ pengukuran m enit Prosentase Penghematan BahanBakarGbr 5. Presentase Penghematan Bahan BakarAdapun gambaran dari kondisi dan situasi padasaat uji coba hemat bahan bakar prototipe kapalSep-Hull dapat dilihat pada gambar 6, dengankecepatan tersebut diatas kondisi kapal belummengalami planning. Pada kecepatan tinggi kapal inimengalami sinkage gambar 7 sehingga sistempelumasan udara nomer 1 posisi 1 menjadi tidakberfungsi. Oleh karena itu untuk kecepatan tinggi diperlukan perubahan letak atau posisi sistempelumasan udara yang sesuai sehingga teknologi initetap bisa berfungsi pada kecepatan 6. Uji coba hemat bahan bakarGbr 7. Kondisi sinkage pada kecepatan 24 knotsKESIMPULANBerdasarkan dari kajian hasil uji coba hemat bahanbakar yang telah dilakukan pada prototipe kapalSep-Hull yang mengaplikasikan teknologi pelumasanudara air lubrication technology bahwa sampaidengan tahapan ini telah diperoleh suatu informasitentang efektifitas penggunaan teknologi ini untukpenghematan bahan bakar dengan angka yang cukupsignifikan yaitu 13,34 %, namun masih pada kecepatanoperasional tertentu 8 knots. Hal ini disebabkan karenaterjadi sinkage. Untuk mengatasi hal tersebut padatahapan selanjutnya akan dilakukan perubahan/penambahan sistem sehingga sinkage yang terjadi padakecepatan tinggi menjadi lebih kecil dan konfigurasisistem pelumasan udara TERIMAKASIHUcapan terimakasih saya sampaikan kepadarekan-rekan tim Sep-Hull yang telah melaksanakanberbagai uji coba di laut. Juga saya ucapkanterimakasih kepada semua yang telah membantu dalamsegala hal kegiatan PUSTAKABinder, Raymond C 1973.,Fluid Mechanics, FifthEdition, Prentice-Hall, Englwood Cliffs, F M. 1979, "Fluid Mechanics ", Kogakusha, LTD..Kline, Stephen J. 1986, "Similitude andApproximation Theory", Springer-Verlag, NewYork,.Chanson H and Murzyn F. 2008, “ Froude Similitudeand Scale Effects Affecting Air Entrainments inHydraulics Jumps “, World Environmental andWater Resource Congress, Ahupua’ Jamaludin dan B Ma’ruf 2009, “ KajianEksperimental Disain Kapal Sep-HULL SebagaiSarana Transportasi Di Perairan Pantai DanSungai”, MPI, BPPT. Irfan Eko SandjajaSalah satu kendala dalam mengoperasikan sistem bubble dari prototype kapal Sephull terjadi apabila kondisi dari lubang outlet udara yang diinjeksikan pada bottom kapal berada di luar permukaan air karena kondisi ini menyebabkan sistem bubble tidak akan berfungsi, pada kecepatan tertentu saat kapal beroperasi kapal akan mengalami planning dimana pada bagian depan kapal akan terangkat dari permukaan air karena panjang kapal relatif kecil sehingga kemungkinan besar bagian ujung outlet sistem bubble juga terangkat dari permukaan air. Kondisi lain yang menyebabkan tidak berfungsinya dari sistem bubble ini bisa disebabkan kondisi perairan yang kurang mendukung dimana gelombang perairan membuat bagian outlet udara dari sistem bubble keluar masuk air. Kondisi ini memang sulit dihindari kecuali jika kapal dioperasikan di perairan tenang tertutup seperti di sungai atau danau, guna menyiasati hal ini maka pada prototype kapal Sephull Bubble Vessel dilakukan rekayasa agar sistem bubblenya tetap bisa dioperasikan. Rekayasa yang dilakukan dengan menambah lokasi outlet udara yang diinjeksikan dari kompressor sebanyak 2 tempat yaitu di sekitar bagian tengah dan bagian ujung bela- kang dari bottom kapal. Diharapkan dengan penambahan ini sistem bubble masih bisa dioperasikan secara menerus walaupun kondisi kapal trim belakang sehingga penghematan konsumsi bahan bakar masih bisa Chanson Frederic MurzynA hydraulic jump is the rapid transition from a high-velocity to a low-velocity open channel flow. It is characterized by strong turbulence and air bubble entrainment. Detailed air-water flow properties were measured in hydraulic jumps with partially-developed inflow conditions. The present data set together with the earlier data of Chanson 2006 yielded similar experiments conducted with identical inflow Froude numbers but Reynolds numbers between 24,000 and 98,000. The comparative results showed some drastic scale effects in the smaller hydraulic jumps in terms of void fraction and bubble count rate distributions. The present comparative analysis demonstrated quantitatively that dynamic similarity of two- phase flows in hydraulic jumps cannot be achieved with a Froude similitude. In experimental facilities with Reynolds numbers up to 105, some viscous scale effects were observed inStephen J. KlineJ. R. RadbillCharter 1 2 Dimensional Analysis and the Pi Theorem Units and 2-1 Units and 2-2 Types of Quantities Appearing in Physical a. Primary and Secondary b. Physical Constants and Independent c. Nondimensional 2-3 Dimensional Homogeneity of Physical 2-4 Statement and Use of the Pi 2-5 Rationale of the Pi 2-6 Huntley's 2-7 Examples of Application of Dimensional 2-8 3 Method of Similitude and Introduction to Fractional Analysis of Overall 3-1 3-2 Method of a. Use of Force b. Generalization of the Method of c. Some Energy Ratios of Heat 3-3 Direct Use of Governing Overall 3-4 Concluding 4 Fractional Analysis of Governing Equations and 4-1 4-2 Normalization of the Governing a. A Procedure for b. Meaning of Normalized Governing 4-3 Conditions Required for Rigorous Solution of the Canonical Problem of Similitude and Dimensional Analysis Using Normalized Governing 4-4 Basis of Improved a. General b. Homogeneous 4-5 Relations among Elementary a. Model Laws, Similitude, and b. An Alternative c. A Remark on Force d. Relation among Dimensional Analysis, Governing Equations, and Boundary Conditions Internal and External 4-6 Approximation a. Extension to New Classes of Information by Approximation b. Classification of Problems and Difficulties in Approximation c. Conditions Required for Approximation 4-7 Some Problems Involving Uniform 4-8 Nonuniform Behavior-Boundary Layer a. Use of Physical Data b. Zonal 4-9 Nonuniform Behavior-Expansion Methods and a. Poincare's b. Lighthill's c. WKBJ d. Inner and Outer 4-10 Processes Involving Transformations of a. Absorption of Parameters and Natural b. Supersonic and Transonic Similarity c. Reduction in Number of Independent Variables - Separation and Similarity Coordinates 4-11 Summary and a. Classification of Types of Similitude-Information Achievable from Fractional Analysis of Governing b. Various Viewpoints-Relations among Invariance, Transformations, and c. Final 5 Summary and Comparison of 5-1 5-2 Summary of a. The Pi b. The Method of c. Use of Governing 5-3 Comparison of a. b. c. d. e. Input 5-4 Concluding a. Utility of Various b. Implications in c. Possible Further d. Final saya ucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu dalam segala hal kegiatan Sep-HullDaftar PustakaBinderC Raymondberbagai uji coba di laut. Juga saya ucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu dalam segala hal kegiatan Sep-Hull. DAFTAR PUSTAKA Binder, Raymond C 1973.,Fluid Mechanics, Fifth Edition, Prentice-Hall, Englwood Cliffs,
Connection timed out Error code 522 2023-06-14 235833 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7684e4d91d1c7c • Your IP • Performance & security by Cloudflare
KomponenKomponen Sistem Pelumas Dan Fungsinya. Salah satu sistem yang harus ada pada mesin adalah sistem pelumas atau lubricant system. Bukan hanya mesin sebernya yang
Mesin diesel sebagai mesin utama di kapal dapat berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh sistem-sistem pendukung yang baik pula. Sistem penujang diatas kapal meliputi sistem bahan bakar fuel oil system, sistem pelumasan minyak lubricating oil system, sistem pendingin cooling system dan sistem udara start starting air system. Semua sistem tersebut memiliki fungsi serta peran yang sangat penting bagi operasional motor induk, hal ini dikarenakan apabila terjadi kerusakan pada salah satu sistem penunjangnya, motor induk pasti akan mengalami masalah dan mungkin motor induk tidak dapat beroperasi dengan baik. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan suatu analisa terhadap kerusakan suatu komponen dari sistem dikapal. Penelitian kali ini bertujuan untuk menganalisa kegagalan sistem pelumasan di kapal dan pemilihan metode parawatan motor induk di kapal menggunakan Failure Mode and Effect Analysis FMEA dalam rangka menunjang kelancaran transportasi laut. Dengan menggunakan FMEA Worksheet metode kegagalan serta effect yang ditimbulkan oleh tiap-tiap komponen dapat diketahui. Selanjutnya dengan melakukan analisa menggunakan risk matrik dapat diketahui tingkat kekritisan dari masing-masing komponen tersebut. Dari analisa yang telah dilakukan diketahui bahwa lubricating oil tank dan sump tank memiliki rating risk yang rendah, kemudian lubricating oil cooler memiliki nilai rating mayor dan lubricating oil pump, lubricating oil filter, purifier, transfer pump serta lubricating purifier heater memiliki nilai rating risk yang sama yakni high risk. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, metode perawatan yang sesuai adalah preventive maintenance dan corrective maintenance. Diharapkan dengan adanya pemilihan metode perawatan yang tepat dapat mendukung kelancaran dari operasi transportasi laut di Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1Analisa Kegagalan Sistem Pelumasan ....MOHMMAD DANIL ARIFIN, FANNY OCTAVIANI, THERESIA D. NOVITA Analisa Kegagalan Sistem Pelumasan dan Pemilihan Metode PerawatanM/E di Kapal Menggunakan Metode FMEA Dalam Rangka MenunjangOperasi Transportasi Laut di IndonesiaFailure Analysis of Lubricating System and Selection of MaintenanceMethods for M/E using FMEA In Order to Support Marine TransportationOperation in Indonesia Mohammad Danil Arifin , Fanny Octaviani, Theresiana. D. NovitaTeknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Universitas Darma Persada, Jakartae-mail diterima 04 Februari 2015, diedit 16 Februari 2015, dan disetujui terbit 26 Maret 2015ABSTRAKMesin diesel sebagai mesin utama di kapal dapat berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh sistem-sistem pendukungyang baik pula. Sistem penujang diatas kapal meliputi sistem bahan bakar fuel oil system, sistem pelumasan minyaklubricating oil system, sistem pendingin cooling system dan sistem udara start starting air system. Semua sistemtersebut memiliki fungsi serta peran yang sangat penting bagi operasional motor induk, hal ini dikarenakan apabilaterjadi kerusakan pada salah satu sistem penunjangnya, motor induk pasti akan mengalami masalah dan mungkin motorinduk tidak dapat beroperasi dengan baik. Oleh karena itu dirasa perlu untuk melakukan suatu analisa terhadap kerusakansuatu komponen dari sistem dikapal. Penelitian kali ini bertujuan untuk menganalisa kegagalan sistem pelumasan dikapal dan pemilihan metode parawatan motor induk di kapal menggunakan Failure Mode and Effect Analysis FMEAdalam rangka menunjang kelancaran transportasi laut. Dengan menggunakan FMEA Worksheet metode kegagalan sertaeffect yang ditimbulkan oleh tiap-tiap komponen dapat diketahui. Selanjutnya dengan melakukan analisa menggunakanrisk matrik dapat diketahui tingkat kekritisan dari masing-masing komponen tersebut. Dari analisa yang telah dilakukandiketahui bahwa lubricating oil tank dan sump tank memiliki rating risk yang rendah, kemudian lubricating oil coolermemiliki nilai rating mayor dan lubricating oil pump, lubricating oil filter, purifier, transfer pump serta lubricating purifierheater memiliki nilai rating risk yang sama yakni high risk. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, metode perawatanyang sesuai adalah preventive maintenance dan corrective maintenance. Diharapkan dengan adanya pemilihan metodeperawatan yang tepat dapat mendukung kelancaran dari operasi transportasi laut di kunci Kegagalan, Sisitem Pelumasan, Pemilihan Metode, Perawatan M/E kapal, Metode performance of diesel engine as a main engine on board have a correlation with the condition of supportingsystem. All of supporting system such as fuel oil system, lubricating oil system, cooling system and starting air systemare have a major function to support the operation of main engine on board, because if the support system can not beoperate properly it will give an impact to the performance of main engine. It is also possible to make main engine asa prime mover on board can not be operated because of the failure in component of supporting system. Therefore, itis necessary to make an analysis about the failure mode from each component and make a decision about themaintenance methods to make sure about the condition of each component still in a good state. The aims of thisresearch is to analyze the failure of component system on board using the Failure Mode and Effect Analysis FMEAmethods in order to support marine transportation in Indonesia. By using FMEA Worksheet, failure mode and effectfrom each component of lubricating system to main engine was detected. Result from this research shown that ratingrisk for lubricating oil tank and sump tank is LOW, rating risk for lubricating oil cooler is MAJOR, and then ratingrisk for lubricating oil pump, lubricating oil filter, purifier, transfer pump and lubricating purifier heater is on the result of the analysis the appropriate maintenance methods for this system are preventive maintenanceand corrective maintenance. Hopefully the result of this research could give the information of failure mode, andselection of maintenance methods to support the marine transportation operation in Failure , Sisitem lubrication , Method Selection , Care M / E Ship , FMEA Method Maret 2015 1-6PENDAHULUANMesin diesel sebagai motor induk Main En-gine di kapal dapat berfungsi dengan baik apabiladitunjang oleh sistem-sistem pendukung yang baikpula. Sistem penujang diatas kapal meliputi sistembahan bakar fuel oil system, sistem pelumasanminyak lubricating oil system, sistem pendingincooling system dan sistem udara start startingair system [1]. Semua sistem tersebut memilikifungsi serta peran yang sangat penting bagioperasional motor induk, hal ini dikarenakan apabilaterjadi kerusaka n pada sa lah satu sis tempenunjangnya, maka dapat mempengaruhi kinerjamotor induk secara keseluruhan. Kegagalan fail-ure yang terjadi pada salah satu komponen dapatmenimbulkan suatu kegagalan yang sifatnya merusakkeseluruhan fungsi kapal dan pada akhirnya akanmengakibatkan kerugian besar dan ini menjadi resikoyang pasti dialami oleh suatu sistem. Oleh karenaitu, kita perlu menganalisa resiko kegagalan yangbiasa dialami oleh suatu sistem atau komponen dalamhal ini adalah komponen sistem pelumasan motorinduk di dan perbaikan merupakan hal yangterpenting dalam memprediksi prilaku dari suatusistem pada masa yang akan datang serta efek yangakan ditimbulkan terhadap komponen lain apabilakomponen tersebut prilaku dari suatu sistem padamasa yang akan datang serta efek yang akandit imbulka n terhadap komponen lain apabilakomponen tersebut gagal beroperasi. Berdasarkanpada pertimbangan diatas, penulis memandang perludilakukan sebuah analisa kegagalan sistem pelumasdan pemilihan metode perawatan motor induk di kapaldengan menggunakan Failure Mode and EffectAnalysis FMEA yakni analisa yang cenderungmengacu kepada efek yang akan ditimbulkan olehsuatu komponen terhadap komponen lain apabilakomponen tersebut gagal beroperasi. Maksud dantujuan penulisan penelitian ini adalah Mengetahuikegagalan-kegagalan komponen sistem pelumasanmotor indu k di kapal mengguna kan FMEA;Mengetahui pengaruh-pengaruh kegagalan padasetiap komponen sistem pelumasan pada motor indukdi kapal; Mengetahui metode perawatan yang sesuaiuntuk sistem pelumasan di yang akan dibahas adalah sebagai berikutBagaimana karakteristik kegagalan sistem pelumasandi kapal menggunakan Failure Mode and EffectAnalysis FMEA; Bagaimana pengaruh kegagalanpada setiap komponen sistem pelumasan pada mo-tor induk di kapal; Bagaimana metode perawatanyang digunakan untuk menjaga komponen padamotor induk di Untuk penyelesaian penelitian terkait dengandata dan pentahapan pekerjaan dapat dilihat lebihrinci pada diagram alur pada gambar 1 berikutGambar 1. Metodologi atau Diagram Alur Penelitian 3Analisa Kegagalan Sistem Pelumasan ....MOHMMAD DANIL ARIFIN, FANNY OCTAVIANI, THERESIA D. NOVITASistem Pelumasan Kapal, dalam pelaksanaanyamesin diesel sebagai motor induk main engine dikapal akan dapat berfungsi dengan baik apabiladitunjang oleh sistem-sistem pendukung yang baikpula. Sistem penujang diatas kapal meliputi sistembahan bakar fuel oil system, sistem pelumasanminyak lubricating oil system, sistem pendingincooling system dan sistem udara start startingair system. Semua sistem tersebut memiliki fungsiserta peran yang sangat penting bagi operasionalmotor induk, hal ini dikarenakan apabila terjadikerusakan pada salah satu sistem penunjangnya,motor induk pasti akan mengalami masalah danmungkin motor induk tidak dapat beroperasi denganbaik. Sebagai contoh. sistem pelumasan mesin yangberfungs i seba gai penyuplai minyak pelumaskebagian mesin yang perlu dilumasi mengalamimasalah maka bagian engine yang kurang pelumasakan cepat aus serta dikhawatirkan motor induk tidakmampu menahan panas yang ditimbulkan oleh kerjamot or indu k ter sebut sehingga ha l ini dapa tmengganggu kinerja dari motor induk dikapal [2].Gambar 2. Instalasi sistem penunjang motor induk di kapal Minyak pelumas pada suatu sistem permesinanberfungsi untuk memperkecil gesekan-gesekan padapermukaan komponen-komponen yang bergerak danbersinggungan. Selain itu minyak pelumas jugaberfungsi sebagai fluida pendinginan pada beberapamotor. Karena dalam hal ini motor diesel yangdiguna kan termasuk dalam jenis motor dengankapasitas pelumasan yang besar, maka sistempelumasan untuk bagian-bagian atau mekanis motordibantu dengan pompa pelumas. Sistem ini digunakanuntuk mendinginkan dan melumasi engine bearingdan mendinginkan piston [3].Prinsip Kerja, Minyak pelumas dihisap dari lu-bricating oil sump tank oleh pompa bertipe screwatau sentrifugal melalui suction filter dan dialirkanmenuju main diesel engine melalui second filter danlubricating oil cooler. Temperature oil keluar daricooler secara otomatis dikontrol pada level konstanyang ditentukan untuk memperoleh viskositas yangsesuai dengan yang diinginkan pada inlet main dieselengine. Kemudian lubricating oil dialirkan ke mainengine bearing dan juga dialirkan kembali ke lu-bricating oil sump tank [4].Pendekatan yang tepatsebagai solusi bagaimana bila terjadi kegagalanpelaksanaanya, yaitu menggunakan metode, FMEAmerupakan suatu analisa yang dilakukan denganmemeriksa komponen komponen dari tingkat rendahdan meneruskannya ke sistem yang merupakantingkatan yang lebih tinggi serta mempertimbangkankegagalan sistem sebagai hasil dari semua bentukkegagalan. Disamping itu FMEA merupakan salahsa t u bentuk analisa kegaga lan serta dampa kkegagalan yang ditimbulkan oleh tiap-tiap komponenpada sistem. Hasil dari analisa FMEA dapat dibuatsedetail mungkin, hal ini bergantung dari informasiyang akan dibutuhkan serta informasi yang diperolehuntuk DAN ANALISISDa r i data kapal berikut dapa t diper olehsp esif ikasi identit a s ka pa l, s ehingga dalampemeriksaa n komp onen lebih muda h gunamengetahui jenis motor dan kapasitas terjadi kegagalan dalam pelaksanaanyaperanan FMEAdalam menganalisa. Maret 2015 1-6 Sistem pelumasan Lubricating Oil Sys-tem di kapal terdiri dari beberapa komponen berikutini antara lainTabel 1 . Data Spesifikasi Tug Boat TITAN 03 N0 Identifikasi Keterangan 2 LPP 25,13 Meter 3 LWL 27,15 Meter 5 Sarat Air 3,35 Meter 6 Kecepatan 10 Knot 8 kW / 759 / 1406 Buatan Tahun 2010 - Indonesi a Sumber Tug Boat TITAN 03 Tabel 2. Fungsi Komponen Sistem Pelumas N0 Nama Komponen Fungsi 1 Lubricating oil tank Berfungsi sebagai tempat penyimpanan Lubricating Oil 2 Lubricating oil pump Berfungsi untuk mengalirkan minyak pelumas dari Lubricating Oil tank ke komponen-komponen motor induk. 3 Lubricating oil cooler Berfungsi untuk menurunkan temperature minyak pelumas. 4 Lubricating oil filter Berfungsi untuk menyaring partikel kasar yang ada pada lubricating oil 5 Sump tank Berfungsi sebagai tempat penampungtelah dipakai oleh motor induk 6 Purifier Berfungsi untuk memisahkan minyak pelumas dari air dan kotoran. 7 Transfer Pump Berfungsi untuk mengalirkan minyak pelumas dari sump tank ke service tank 8 Lubricating Purifier Heater Berfungsi untuk meningkatkan temperature serta viskositas minyak pelumas. kegagalan dari masing-masing komponen tersebut dilakukan dengan menggunakantabel Failure Mode And Effects Analysis MIL-STD 1629A, berdasarkan FMEA worksheet analysisdidapatkan nilai konsekwensi atau dampak yangditimbulkan oleh masing-masing komponen pada tabel 3HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwaterdapat 5 komponen yang memiliki konsekwensiyang tinggi, 1 komponen dengan konsekwensi sedangdan 2 komponen memiliki konsekwensi yang untuk mengetahui resiko dari setiapkomponen maka diperlukan adanya penentuan resikomenggunakan risk matrik [7]. Risk matrik untukTabel 3. Tabel Konsekwensi Berdasarkan FMEA Worksheet No Nama Komponen Consequence o Major, would threaten fungtional goals/objectives o Moderate, necessitatin g significant adjustment to ove rall fun ction o Negli gible, lower consequence 1 Lub Oil Tank Negligible 2 LO. Pump Major 3 LO. Cooler Moderate 4 LO. Filter Major 5 6 Purifier Major 7 Transfer. Pump Major 8 Lubricating Purifier Heater Major analisa ini merupakan matrik 5x5 yang terdiri daribeberapa komponen yaitu kemungkinan terjadinyakecelakaan atau frekuensi, dampak yang ditimbulkanatau severity atau consequence serta dibagiantengah yang merupakan perpotongan keduanya yangmerupakan level dari resiko, ditandai dengan warnayang berbeda dimana L= Low risk, M= Mediumrisk, H= High risk dan E= Extreme Risk. Untukmengetahui level suatu resiko dari matrik diatasada lah dengan mengetahui frekuensi dankonsekuensinya terlebih dahulu. Kemudian duakomponen ini ditarik secara mendatar dan vertical,La ngkah sela njuta nya adala h melakuka nidentifikasi terhadap masing-masing komponen darisistem pelumasan. Dimana identifikasi tersebutmeliputi fungsi, mode kegaga lan yang melakukan analisa terhadap dampak yangdapat ditimbulkan karena adanya kegagalan sistemdimana dibagi menjadi 3 bagian yaitu local effect,next higher effect dan end effect. Berdasarkan ataskegagalan yang terjadi dan dampak yang akandiberikan kemudian terdapat penjelasan mengenaisolusi atau cara yang digunakan untuk mngatasi 5Analisa Kegagalan Sistem Pelumasan ....MOHMMAD DANIL ARIFIN, FANNY OCTAVIANI, THERESIA D. NOVITAperpotongan antara keduanya merupakan level dariresiko. Perhitungan dari nilai resiko adalah sebagaiberikut Berdasarkan data yang telah didapatkan dilapangan diketahui frekuensi kegagalan sistempelumasan adalah sebagai berikutResiko = Likelihood x Consequence pelumasan di kapal [5].Identifikasi yang t elah dilakuka n b a ikmenggunakan worksheet FMEA dan risk matrikmaka diketahui tingkat kekritisan dari masing-masingkomponen dimana 1 untuk komponen lubricatingoil tank dan sump tank memiliki rating risk yangrendah; 2 kemudian untuk komponen lubricatingoil cooler memiliki nilai rating mayor; 3 untukTabel 5. Level Risk Komponen Sumber Data diolah NO Nama Komponen Likelihood Consequence Level 1. Lub Oil Tank Unlikely Negligible L 2. LO. Pump Possible Major H 3. LO. Cooler Possible Moderate M 4. LO. Filter Possible Major H 5. Sump Tank Unlikely Negligibel L 6. Purifier Possible Major H 7. Transfer. Pump Possible Major H 8. Lubricating Purifier Heater Possible Major H Tabel 6. Risk Matrik Lubricating Oil System Likelihood Consequences Negligible Minor Moderate Major Severe Almost certain M H H E E Likely M M H H E Possible L M 3 2 , 4, 6, 7, 8 E Unlikely 1, 5 M M M H Rare L L M M H Sumber Data diolah Tabel 4. Ta bel Frekuensi Kegagalan Komponen umber data diolah NO Nama Komponen Likelihood o Unlikely,not expected to occur o Possible, could occur at some time Possible Pump Possible Dengan mengetahui masing-masingkonsekwensi dan frekuensi kegagalan yang terjadidari tiap-tiap komponen sistem pelumasan makadapat dengan mudah melakukan penilaian resiko yangnantinya dapat dijadikan sebagai acuan didalampemilihan metode perawatan yang sesuai denganmode kegagalan dari komponen sistem pelumasandi kapal. Berikut hasil penilaian risk matrik dari sistemkomponen lubricating oil pump, lubricating oilfilter, purifier, transfer pump dan lubricatingpurifier heater memiliki nilai rating risk yang samayakni high risk. Analisa yang telah dilakukan denganmenggunakan metode Failure Mode and EffectAnalysis FMEA maka dapat dilihat komponenmana saja yang membutuhkan prioritas yang tinggiuntuk kegiatan perawatan pada sistem pelumasan dikapal. Dari data tersebut dapat digunakan sebagai Maret 2015 1-6dasar untuk menyusun prioritas kegiatan perawatanyang lebih efektif dan efisien berdasarkan tingkatkekritisan dari komponen tersebut. Terdapat beberapastrategi perawatan yang dapat digunakan untukmelakukan evaluasi perawatan, yaitu a. Seb a iknya dibuat dan disusun suatumaintenance scheduling secara tepat danterencana terutama untuk komponen-komponendengan critical value yang tinggi yang dapatmempenga r u hi kiner ja sistem s Mengalokasikan tenaga maintenance untukmelakuka n kegiatan per a watan sec a r atepatuntuk komponen dengan tingkat kekritisanyang tinggi, sehingga tenaga maintenance dapatsecara effective digunakan untuk melakukankegiatan perawatan maintenancec. Menentuka n prioritas pekerjaan perawatanberda sa rkan tingkat kekritisan hal ini yang menjadi prioritas utamaadalah komponen dengan level resiko tinggi yaitudiantaranya adalah LO. Pump, LO. Filter,Purifier, Transfer Pump, Lubricating Mengidentifikasi kebut uha n su ku ca da ngterutama untuk komponen yang memiliki tingkatkekritisan yang tinggi agar apabila terjadikegagalan maka tidak sampai menggangguproses produksi Berdasarkan startegi perawatan tersebut diatasmetode perawatan yang sesuai adalah denganmelakukan perawatan pencegahan preventivema i n tenance dan per a watan kor ekt ifcorrective maintenance.KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian yang telahdilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulansebagai berikut Kegagalan failure yang terjadipada komponen dapat menimbulkan suatu kegagalanyang sifatnya merusak keseluruhan fungsi utama M/E; Komponen lubricating oil tank dan sump tankmemiliki rating risk yang rendah, kemudian untukkomponen lubricating oil cooler memiliki nilai rat-ing mayor dan untuk komponen lubricating oil pump,lubricating oil filter, purifier, transfer pump danlubricating purifier heater memiliki nilai rating riskyang sama yakni high risk. Artinya bahwa peralatandengan nilai high risk dapat memberi effect yangbesar terhadap kerja sistem secara keseluruhan;Hasil dari analisa kegagalan dan dampak kegagalankomponen terhadap sistem sangat berguna untukmengidentifikasi strategi perawatan, kriteria urutanprioritas untuk melakukan perawatan; Berdasarkanstrategi perawatan berdasarkan Failure Mode andEffect Analysis FMEA maka metode perawatanyang sesuai adalah preventive maintenance dancorrective maint enan ce; Dengan mengeta huikara kteristik kegagagalan dari masing-masingkomponen dari tiap-tiap sistem yang ada maka akandiharapkan pemilihan dari jenis perawatan yangditerapkan memberikan benefit terhadap perusahaanserta mampu mendukung kelancaran operasionaltransportasi laut di saran yang dapa t diberikan untukpengembangan dan perbandingan dari penelitian inidiantara nya adala h sebagai berikut Didal ampenentuan pemilihan metode perawatan terhadapsuatu sistem harus berdasarkan atas penilaian yangtela h dilakukan terhadap performa komponen-komponen suatu sistem; Data kegagalan dari tiap-tiap komponen dari setiap sistem di kapal harus selaludidokumentasikan dan disimpan sebagai acuandida la m mela kukan sua tu pemiliha n metodeperawatan yang TERIMA KASIHTerima kasih kepada Direktorat Penelitian danPengabdian Kepada Masyarakat Direktorat JenderalPendidika n Tinggi Kementrian Pendidikan danKebudayaan atas pendanaan yang telah diberikanuntuk melakukan penelitian mengenai “AnalisaKegagalan Sist em Pelu masan Dan PemilihanMetode Perawatan M/E Di Kapal MenggunakanMetode FMEA Dalam Rangka Menunjang OperasiTransportasi Laut di Indonesia”.DAFTAR PUSTAKA[1] Artana, K. 2006. Modul Kuliah Keandalan-Jurusan TeknikSistem Perkapalan FTK ITS. Surabaya;[2] I Putu Andhi Indira Kusuma 2010, Penjadwalan PerawatanSistem Penunjang Motor Induk Dengan Pemodelan DinamikaSistem, Tugas Akhir, Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya;[3] M. Agus Pangestu HW 2 007, Optimalisasi metodeperawatan pada sistem produksi gas di join operating bodyPertamina Petrochina East Java dengan Criticality Analysis,Tugas Akhir, Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya;[4] Mitsubishi Heavy Industries, LTD. Mitsubishi Marine DieselEngine;[5] M. Agus Pangestu HW 2 007, Optimalisasi metodeperawatan pada sistem produksi gas di join operating bodyPertamina Petrochina East Java dengan Criticality Analysis,Tugas Akhir, Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya;[6] OREDA-2002. 2002. Offshore Reliability Data. HovikDet Norske Veritas DNV;[7] Anda Iviana Juniani, ST, Risk Identification & Implementationof Risk Management Method at Fuel Oil System;[8] ___2009, Designing an Effective Risk , Matrix An ioMosaicCorporation Whitepape, diakses pada tanggal 21 Juni2014. ... Research involving failure and maintenance in the lubricating system has been done with Failure Mode and Effect Analysis method. Results of critical component analysis with the highest RPN include lubricating oil pump, filter, LO Cooler, and transfer pump [4][5][6]. The method was also used simultaneously with Weibull's distribution. ...... COMPONENT PERIODIC MAINTENANCE SCHEDULEInternational Journal of Marine Engineering Innovation and Research, Vol. 74,Dec. 2022. 300-310 pISSN 2541-5972, eISSN 2548-1479 ...... Kegagalan yang terjadi pada salah satu komponen dapat menyebabkan suatu kegagalan yang sifatnya merusak keseluruhan fungsi kapal dan pada akhirnya mengakibatkan kerugian besar dan resiko dari sebuah system [1]. Karena permasalahan tersebut perlu dilakukan analisa kegagalan yang bisa dialami sebuah komponen, dalam hal ini komponen yang akan dibahas adalah komponen dari sistem bahan bakar. ...Rega Gagana Erwin Asmara Dwisetiono DwisetionoKomponen utama mesin induk kapal salah satunya yaitu sistem bahan bakar. Kegagalan pada sistem bahan bakar dapat berakibat fatal pada mesin induk kapal. Oleh karna itu pembuatan analisa kegagalan sistem bahan bakar kapal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kegagalan pada sistem bahan bakar dengan menggunakan metode Preliminary Hazard Analysis PHA dan Fault Tree Analysis FTA. Metode PHA dadapat mengidentifikasi semua bahaya dan kejadian kecelakaan yang dapat menyebabkan terjadinya accident ataupun kegagalan, sedangkan metode FTA merupakan metode yang mendeteksi penyebab dan akibat sistem mengalami kegagalan yang disebabkan satu atau lebih komponen pendukungnya dan menjadikannya dalam bentruk diagram. Penggunaan metode PHA dan FTA menghasilkan beberapa komponen seperti transfer pump, separator, filter, dan booster pump mengalami kegagalan. Hasil dari analisa menunjukkan nilai MTTF sebesar 319,7 jam, 504,9 jam, 150,73 jam, dan 322,38 jam, dari data tersebut dapat diketahui bahwa komponen filter cepat mengalami kegagalan karena memiliki nilai MTTF yang rendah, sehingga perawatan dan penggantiannya harus lebih diperhatikan agar tidak mempengaruhi kinerja dari sistem bahan bakar.... Salah satu faktor pendukung untuk kelancaran jalannya mesin diesel yaitu sistem pelumas, kurangnya pelumasan pada mesin diesel ini akan berdampak gesekan antar bagian-bagian apabila hal ini terjadi maka akan menyebabkan gangguan pengoperasian kapal. Fungsi dari suatu sistem pelumasan adalah untuk menyediakan jumlah minyak pelumas yang cukup dan dingin serta bersih ke dalam mesin untuk mengadakan pelumasan yang efektif dan cukup terhadap semua bagian yang saling bergesekan dan bergerak yang terjadi di dalam mesin itu sendiri [2]. Setiap sistem tersebut memiliki fungsi serta fungsi yang sangat penting, apabila terjadi kegagalan pada salah satu sistem penunjangnya maka dapat mempengaruhi kinerja motor induk secara keseluruhan. ...Ratna Indriyani Dwisetiono DwisetionoMesin diesel sebagai mesin induk di kapal dapat berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh sistem-sistem pendukung yang baik seperti sistem pelumas lubricating oil system. Sistem pelumas salah satu sistem yang sangat penting dalam pengoperasian kapal, kegagalan pada sistem pelumasan menyebabkan sistem tidak beroperasi semestinya dan dapat mengalami kerugian dari pihak kapal. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kagagalan pada setiap komponen sistem pelumas di main engine dan perawatan yang tepat. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis FMEA untuk mengoptimalkan cara mengatasi kegagalan dan perawatan mesin utama kapal untuk mengidentifikasi strategi dan prioritas perawatan. Dengan menggunakan FMEA dapat mengetahui kegagalan serta efek yang ditimbulkan oleh tiap-tiap komponen dapat diketahui dan untuk melakukan perawatan harus mengelompokan komponen berdasarkan tingkat resiko rendah sampai tinggi. Komponen lubricating oil tank dan sump tank memiliki resiko yang rendah, lubricating oil cooler memiliki resiko sedang dan lubricating oil pump, lubricating oil filter, purifier, transfer pump dan lubricating purifier heater memiliki resiko tinggi. Hasil dari kegagalan komponen sistem pelumas sangat berguna untuk mengidentifikasi strategi perawatan berdasarkan tingkat resiko komponen tersebut dengan memilih antara perawatan pencegahan preventive maintenance dan perawatan korektif corrective maintenance.Modul Kuliah Keandalan-Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITSK ArtanaArtana, K. 2006. Modul Kuliah Keandalan-Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS. Surabaya;Penjadwalan Perawatan Sistem Penunjang Motor Induk Dengan Pemodelan Dinamika Sistem, Tugas AkhirI Putu Andhi Indira KusumaI Putu Andhi Indira Kusuma 2010, Penjadwalan Perawatan Sistem Penunjang Motor Induk Dengan Pemodelan Dinamika Sistem, Tugas Akhir, Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya;Risk Identification & Implementation of Risk Management Method at Fuel Oil SystemJuniani Anda IvianaAnda Iviana Juniani, ST, Risk Identification & Implementation of Risk Management Method at Fuel Oil System;Designing an Effective Risk___2009, Designing an Effective Risk, Matrix An ioMosaic Corporation Whitepape, whitepapers/ diakses pada tanggal 21 Juni 2014.